Jumat, 16 Oktober 2015

Tentang-Nya



Barang siapa yang mengenal dirinya niscaya dia akan mengenal siapa tuhan nya,telah aku ciptakan dirimu dan aku ciptakan apa yang engkau perbuat.. (Firman allah) Allah tdk pernah menutup hijab nya antara makhluk dengan hamba.. Dan ketiika sudah mencapai tingkatan Terbukanya hijab (sekatan pembatas) antara kita dengan Allah, adalah sumber ketenangan dan kebahagiaan hidup. Ketika hijab telah terbuka, semua yang kita alami hanyalah nikmat belaka. Betapa tidak, dalam setiap keadaan, kita akan merasakan kehadiran Allah Azza wa Jalla. Lebih jauh lagi, kita akan "melihat" Allah dalam setiap kejadian. Inilah keindahan yang sesungguhnya dalam hidup. Rasulullah saw mengungkapkan keheranannya terhadap orang-orang Mu'min, orang yang telah terbuka hijabnya kerana semua perkara yang dialaminya sentiasa berbuah kebaikan. Apabila diberi kenikmatan ia bersyukur dan syukur itu baik baginya. Ketika ia diberi ujian, ia bersabar dan sabar itu adalah kebaikan baginya. Dengan sabar ia pun akan lebih dekat lagi dengan Allah swt. Orang yang telah ma'rifat dan terbuka hijabnya, hatinya akan dipenuhi keyakinan bahwa Allah akan sentiasa menolongnya.

Di awal adalah firmaan allah,agar kita bisa mengettahui siapa diri kita,tidak akan mencapai tingkatan mukasyafa pd seseorang jika dia belum mengetahui atau mengenal hal zahir dan hak batin pada dirinya sendiri..

Ada kisa dalam tafsir sejarah meriwayat kan : seseorang memohon dan meminta dipanjangkan umur nya selama 300 tahun untuk senantiasa beribadah dan bertaqwa pada allah semasa hidup nya, dan allah menjabah dikaruniai usia yang panjang selama 300 tahun. Ketika beliau memasukin pertimbangan amal (yaumul hisab) di ambil dan ditimbang bola mata nya yang sebelah kanan dan seketika itu lebih berat timbangan pada bola mata kanan nya tsb dibanding amal ibadah yang dia lakukan selama 300 tahun. Dan disitulah kita bisa menyimpulkan betapa besar nya amanah yang allah berikan pada kesempurnaan yang ada pada diri kita unntuk kita jaga. Kalo kita harus menghitung dr usia umat nabi muhammad dan keimanan pd zaman sekarang, apa yang bisa kita bawa pd hari perhitungan nanti? Bagaimana dgn 2 penglihatan, 2 pendengaran,2 lubang hidung, 1 lisan kedua tangan,kedua kaki,hati dan pemikiran kita yang telah allah sempurnakan? Apa smua itu bisa bersaksi dan menyelamatkan kita kalo kita sendiripun tdk menjaga nya dan memberikan hak satu persatunya. Disitulah allah mengatakan dlm firman nya : telah aku ciptaakan dirimu dan apa yang kamu perbuat,ketika kita bisa memahami dan tau mksd dr firman allah itu masuklah kita dlm org2 yang mengenal diri dan tuhan nya.

Allah “ adalah nama yang utama bagi Tuhan dan ketika Dia diseru dengan nama itu, maka sudah terhimpun padanya seluruh sifat yang tercakup dalam sekalian nama yang menyertai – Nya Kata “Allah” dalam bahasa Arab disebut sebagai lafzhul jalalah ( nama kebesaran ) dipergunakan dan ditetapkan sebagai nama Zat Tuhan yang bersifat khusus. Sedangkan ar-Rahman ditetapkan sebagai predikat khusus dari Zat Tuhan. Kata “Allah ” baik berupa kata baku ( jamid ) atau pun kata olahan ( musytaq ), ditetapkan sebagai Nama Zat yang tidak mempunyai arti atau tidak mempunyai makna yang dapat diinderakan, sehingga untuk mengenali arti kata “ Allah ” dipergunakan simbolistik yang berkonotasi eksklusif seperti “ Zat Yang Menghimpun sifat – sifat kesempurnaan ” Kembali kepada asal kata “ Allah “ yang berasal dari kata ilah, dimana kata ilah ini difahami berasal dari bahasa Ibrani yang diadabtasi ke dalam bahasa Arab ( bahasa arab serapan ) yang berarti sesuatu yang disembah. Sedangkan dalam Al – Quran, kata yang juga memberikan signifikansi pada kata “ Allah “ adalah “ ilah ” dan “ rabb ” Kata “ ilah ” yang juga digunakan dalam syahadat, la ilaha illallah. Disaini, kata “ilah” adalah bentuk kata yang mengikuti wazan “ fi’al ” yang berarti “ maf’ul ” Ilah berarti “ ma’bud ” ( yang disembah ), seperti “ kitab ” yang berarti “ maktub ” ( yang ditulis ). Dengan demikian, la ilaha illallah dapat diartikan “ tiada yang layak disembah selain Allah ” Sedangkan arti “ ilah ” dalam rangkaian syahadat ( kalimah at-tahlil ) bisa berarti “ al-ma’bud ” atau yang disembah, dan bisa pula berarti al-ma’bud bil haq. Apabila arti pertama dipilih ( al-ma’bud ), maka setiap sesuatu yang dalam kenyataan disembah selain Allah dapat dianggap sebagai ilah. Namun apabila arti kedua yang dipilih ( al-ma’bud bil haq ), maka berarti ilah hanya bisa disandang oleh Allah, sebab al-ma’budiyah ( ke-tersembah-an ) merupakan derivasi dari ar-rububiyah. Selanjutnya, yang patut dipahami ialah bahwa, kata asma juga dapat diartikan sebagai sifat – sifat, Asmaul Husna adalah setiap kata yang menunjukkan arti predikatif seperti ilah, al-hayy, dan lainnya. Sedangkan kata “ Allah ” adalah alam syakhshi ( nama Zat ) atau alam adz-dzat, yang merupakan “ nama personal “ bagi Tuhan Kata ganti “ Dia ” dalam kalimat “ maka bagi Dia adalah nama-nama yang terbaik ” dalam Al – Quran Surat Al – Israa’ ayat : 110, mengacu tidak kepada nama “ Allah ” atau “ ar-Rahman ”, melainkan kepada sesuatu yang dinamai, yaitu Zat Yang Ujud Yang Maha Mutlak itu sendiri. Sebab, suatu nama tidaklah diberikan kepada nama yang lain, tetapi kepada suatu zat. Jadi, Zat Yang Maha Esa itulah yang bernama “ Allah ” dan atau “ ar-Rahman ” serta nama-nama terbaik lainnya, bukannya “ Allah ” bernama “ ar-Rahman ” atau “ ar-Rahim ”. Jadi yang bersifat Maha Esa itu bukanlah Nama – Nya, melainkan Zat – Nya, sebab Dia mempunyai banyak nama. Karena itu dalam Ilmu Tauhid, pemahamannya bukanlah ditujukan kepada nama, melainkan kepada Zat. Maka Tauhid yang benar ialah “ Tawhid adz-Dzat ” bukan “ Tawhid al-Ism ” Jadi kata “ Allah ” berasal ilah dan ilah mengandung makna “ ma’luh ” ( yang disembah ), dan nama ( ism ) tidaklah sama dengan yang dinamai ( al-musamma ). Maka barangsiapa menyembah nama tanpa makna, ia sungguh telah kafir dan tidak menyembah apa-apa. Barangsiapa menyembah nama dan makna, maka ia sungguh telah musyrik dan telah menyembah dua hal. Dan barangsiapa menyembah makna tanpa nama maka itulah Tauhid. Bagi Allah Yang Mahamulia dan Mahaagung, ada sembilan puluh sembilan nama. Kalau seandainya nama itu sama dengan yang dinamai, maka setiap nama itu adalah suatu tuhan. Tetapi Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung adalah suatu Makna yang dirujuk oleh nama – nama itu, sedangkan nama – nama itu sendiri seluruhnya tidaklah sama dengan Dia ( Al-Asma Al-Husna )
Dalam sbuah riwayat ketika Muhammad berdialog dengan Allah ... Allah berfirman ku jadikan segala sesuatu untuk mu ya Muhammad lalu mana untuk ku ..Muhammad menjawab sholat Allah menjawab bukan itu untuk mu ... Muhammad puasa .zakat .haji .... Bukan itu untuk mu juaya Muhammad lalu bertanya lah Muhammad lalu apa ya Allah dan Allah menjawab benar engkau kepada ku dan berbaik lah dengan sesama ummat
Jikalah diibaratkan seorang musafir kehilangan unta beserta makanan dan minumannya i gurun pasir yang tandus. Maka kebahagiaan Allah menerima taubat hambanya lebih  besar dari kebahagiaan musafir itu yang menemukan unta nya kembali di gurun pasir .

Jadikanlah mereka orang tua yang paling berbahagia terhadap anak-cucu mereka, sehingga Engkau kumpulkan kami dan mereka serta semua orang Islam di dalam tempat kemulian-Mu, beserta para Nabi, Shiddiiqiin, Shuhada’ dan Sholihiin

Jiwa Yang Bercahaya Pada Seorang Muslim Yang Ber'ilmu Akan Terlihat Ketika Ia Meresapi Diri Saat Menyikapi Keadaan Susah, Senang, Sedih, Gembira, Kecewa Dan Bahagia Dalam Kehidupannya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LPJ BOS SMK Tahun Anggaran 2020

LPJ BOS SMK Tahun Anggaran 2020 User via SMS :  0857 5954 7892 FB :  https://web.facebook.com/iwan.kurniawanb Twitte...