Barang siapa yang mengenal dirinya niscaya dia akan mengenal
siapa tuhan nya,telah aku ciptakan dirimu dan aku ciptakan apa yang engkau
perbuat.. (Firman allah) Allah tdk pernah menutup hijab nya antara makhluk
dengan hamba.. Dan ketiika sudah mencapai tingkatan Terbukanya hijab (sekatan
pembatas) antara kita dengan Allah, adalah sumber ketenangan dan kebahagiaan
hidup. Ketika hijab telah terbuka, semua yang kita alami hanyalah nikmat
belaka. Betapa tidak, dalam setiap keadaan, kita akan merasakan kehadiran Allah
Azza wa Jalla. Lebih jauh lagi, kita akan "melihat" Allah dalam
setiap kejadian. Inilah keindahan yang sesungguhnya dalam hidup. Rasulullah saw
mengungkapkan keheranannya terhadap orang-orang Mu'min, orang yang telah
terbuka hijabnya kerana semua perkara yang dialaminya sentiasa berbuah
kebaikan. Apabila diberi kenikmatan ia bersyukur dan syukur itu baik baginya.
Ketika ia diberi ujian, ia bersabar dan sabar itu adalah kebaikan baginya.
Dengan sabar ia pun akan lebih dekat lagi dengan Allah swt. Orang yang telah
ma'rifat dan terbuka hijabnya, hatinya akan dipenuhi keyakinan bahwa Allah akan
sentiasa menolongnya.
Di awal adalah firmaan allah,agar kita bisa mengettahui
siapa diri kita,tidak akan mencapai tingkatan mukasyafa pd seseorang jika dia
belum mengetahui atau mengenal hal zahir dan hak batin pada dirinya sendiri..
Ada kisa dalam tafsir sejarah meriwayat kan : seseorang
memohon dan meminta dipanjangkan umur nya selama 300 tahun untuk senantiasa
beribadah dan bertaqwa pada allah semasa hidup nya, dan allah menjabah
dikaruniai usia yang panjang selama 300 tahun. Ketika beliau memasukin
pertimbangan amal (yaumul hisab) di ambil dan ditimbang bola mata nya yang
sebelah kanan dan seketika itu lebih berat timbangan pada bola mata kanan nya
tsb dibanding amal ibadah yang dia lakukan selama 300 tahun. Dan disitulah kita
bisa menyimpulkan betapa besar nya amanah yang allah berikan pada kesempurnaan
yang ada pada diri kita unntuk kita jaga. Kalo kita harus menghitung dr usia
umat nabi muhammad dan keimanan pd zaman sekarang, apa yang bisa kita bawa pd
hari perhitungan nanti? Bagaimana dgn 2 penglihatan, 2 pendengaran,2 lubang
hidung, 1 lisan kedua tangan,kedua kaki,hati dan pemikiran kita yang telah
allah sempurnakan? Apa smua itu bisa bersaksi dan menyelamatkan kita kalo kita
sendiripun tdk menjaga nya dan memberikan hak satu persatunya. Disitulah allah
mengatakan dlm firman nya : telah aku ciptaakan dirimu dan apa yang kamu
perbuat,ketika kita bisa memahami dan tau mksd dr firman allah itu masuklah
kita dlm org2 yang mengenal diri dan tuhan nya.
Allah “ adalah nama yang utama bagi Tuhan dan ketika Dia
diseru dengan nama itu, maka sudah terhimpun padanya seluruh sifat yang
tercakup dalam sekalian nama yang menyertai – Nya Kata “Allah” dalam bahasa
Arab disebut sebagai lafzhul jalalah ( nama kebesaran ) dipergunakan dan
ditetapkan sebagai nama Zat Tuhan yang bersifat khusus. Sedangkan ar-Rahman
ditetapkan sebagai predikat khusus dari Zat Tuhan. Kata “Allah ” baik berupa
kata baku ( jamid ) atau pun kata olahan ( musytaq ), ditetapkan sebagai Nama
Zat yang tidak mempunyai arti atau tidak mempunyai makna yang dapat
diinderakan, sehingga untuk mengenali arti kata “ Allah ” dipergunakan
simbolistik yang berkonotasi eksklusif seperti “ Zat Yang Menghimpun sifat –
sifat kesempurnaan ” Kembali kepada asal kata “ Allah “ yang berasal dari kata
ilah, dimana kata ilah ini difahami berasal dari bahasa Ibrani yang diadabtasi
ke dalam bahasa Arab ( bahasa arab serapan ) yang berarti sesuatu yang
disembah. Sedangkan dalam Al – Quran, kata yang juga memberikan signifikansi
pada kata “ Allah “ adalah “ ilah ” dan “ rabb ” Kata “ ilah ” yang juga digunakan
dalam syahadat, la ilaha illallah. Disaini, kata “ilah” adalah bentuk kata yang
mengikuti wazan “ fi’al ” yang berarti “ maf’ul ” Ilah berarti “ ma’bud ” (
yang disembah ), seperti “ kitab ” yang berarti “ maktub ” ( yang ditulis ).
Dengan demikian, la ilaha illallah dapat diartikan “ tiada yang layak disembah
selain Allah ” Sedangkan arti “ ilah ” dalam rangkaian syahadat ( kalimah
at-tahlil ) bisa berarti “ al-ma’bud ” atau yang disembah, dan bisa pula
berarti al-ma’bud bil haq. Apabila arti pertama dipilih ( al-ma’bud ), maka
setiap sesuatu yang dalam kenyataan disembah selain Allah dapat dianggap
sebagai ilah. Namun apabila arti kedua yang dipilih ( al-ma’bud bil haq ), maka
berarti ilah hanya bisa disandang oleh Allah, sebab al-ma’budiyah ( ke-tersembah-an
) merupakan derivasi dari ar-rububiyah. Selanjutnya, yang patut dipahami ialah
bahwa, kata asma juga dapat diartikan sebagai sifat – sifat, Asmaul Husna
adalah setiap kata yang menunjukkan arti predikatif seperti ilah, al-hayy, dan
lainnya. Sedangkan kata “ Allah ” adalah alam syakhshi ( nama Zat ) atau alam
adz-dzat, yang merupakan “ nama personal “ bagi Tuhan Kata ganti “ Dia ” dalam
kalimat “ maka bagi Dia adalah nama-nama yang terbaik ” dalam Al – Quran Surat
Al – Israa’ ayat : 110, mengacu tidak kepada nama “ Allah ” atau “ ar-Rahman ”,
melainkan kepada sesuatu yang dinamai, yaitu Zat Yang Ujud Yang Maha Mutlak itu
sendiri. Sebab, suatu nama tidaklah diberikan kepada nama yang lain, tetapi
kepada suatu zat. Jadi, Zat Yang Maha Esa itulah yang bernama “ Allah ” dan
atau “ ar-Rahman ” serta nama-nama terbaik lainnya, bukannya “ Allah ” bernama
“ ar-Rahman ” atau “ ar-Rahim ”. Jadi yang bersifat Maha Esa itu bukanlah Nama
– Nya, melainkan Zat – Nya, sebab Dia mempunyai banyak nama. Karena itu dalam Ilmu
Tauhid, pemahamannya bukanlah ditujukan kepada nama, melainkan kepada Zat. Maka
Tauhid yang benar ialah “ Tawhid adz-Dzat ” bukan “ Tawhid al-Ism ” Jadi kata “
Allah ” berasal ilah dan ilah mengandung makna “ ma’luh ” ( yang disembah ),
dan nama ( ism ) tidaklah sama dengan yang dinamai ( al-musamma ). Maka
barangsiapa menyembah nama tanpa makna, ia sungguh telah kafir dan tidak
menyembah apa-apa. Barangsiapa menyembah nama dan makna, maka ia sungguh telah
musyrik dan telah menyembah dua hal. Dan barangsiapa menyembah makna tanpa nama
maka itulah Tauhid. Bagi Allah Yang Mahamulia dan Mahaagung, ada sembilan puluh
sembilan nama. Kalau seandainya nama itu sama dengan yang dinamai, maka setiap
nama itu adalah suatu tuhan. Tetapi Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung adalah
suatu Makna yang dirujuk oleh nama – nama itu, sedangkan nama – nama itu
sendiri seluruhnya tidaklah sama dengan Dia ( Al-Asma Al-Husna )
Dalam
sbuah riwayat ketika Muhammad berdialog dengan Allah ... Allah berfirman ku
jadikan segala sesuatu untuk mu ya Muhammad lalu mana untuk ku ..Muhammad
menjawab sholat Allah menjawab bukan itu untuk mu ... Muhammad puasa .zakat
.haji .... Bukan itu untuk mu juaya Muhammad lalu bertanya lah Muhammad lalu
apa ya Allah dan Allah menjawab benar engkau kepada ku dan berbaik lah dengan
sesama ummat
Jikalah diibaratkan
seorang musafir kehilangan unta beserta makanan dan minumannya i gurun pasir
yang tandus. Maka kebahagiaan Allah menerima taubat hambanya lebih besar dari kebahagiaan musafir itu yang menemukan unta nya kembali di gurun
pasir .
Jadikanlah mereka
orang tua yang paling berbahagia terhadap anak-cucu mereka, sehingga Engkau
kumpulkan kami dan mereka serta semua orang Islam di dalam tempat kemulian-Mu,
beserta para Nabi, Shiddiiqiin, Shuhada’ dan Sholihiin
Jiwa Yang Bercahaya
Pada Seorang Muslim Yang Ber'ilmu Akan Terlihat Ketika Ia Meresapi Diri Saat
Menyikapi Keadaan Susah, Senang, Sedih, Gembira, Kecewa Dan Bahagia Dalam
Kehidupannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar