Allah
Maha Tahu apapun yang kita lakukan, tidak ada yang tersembunyi. Segala amal
sangat ditentukan pada saat akhir-akhirnya. Wafat dalam keadaan menjalankan
amal-amal shaleh, insya Allah dikategorikan sebagai husnul khatimah. Misalnya, dalam
sebuah pertandingan olah raga pun saat terakhir adalah saat-saat yang
menentukan. Bulan Ramadhan tahun ini, saat ini adalah saat-saat akhirnya, lalu
bagaimanakah dengan amaliah kita? Sudahkah kita optimalkan jamuan Allah ini di
saat kita akan meninggalkannya? Atau kita malah bergembira ketika Ramadhan akan
berakhir, karena kita akan kembali bebas memuaskan hawa nafsu dan kezaliman
kita? Na’udzubillahi mindzalik.
Ramadhan
merupakan puncak amal sholeh. Berusahalah sekuat tenaga dan kemampuan untuk
benar-benar memanfaatkan waktu yang sangat berharga ini, mengejar ampunan pada
sisa-sisa malam-malam terakhir Ramadhan ini, dimana doa-doanya sangat mustajab.
Semakin hari harus semakin yakin kepada Allah. Hanya Allah tempat bersandar.
Yakin
kepada Allah merupakan kekayaan termahal, karena akan memunculkan ketenangan
luar biasa. Melihat pesona duniawi tidak akan mengagumkan dirinya, karena
memahami dunia hanya tempat mampir sebentar, dan segala kesenangannya hanyalah
kesenangan yang semu, fatamorgana.
Rasul
saw tidak memerlukan istana, mahkota dan tanda jasa, juga tak ada kemewahan,
walau beliau seorang kepala negara dan pemerintahan. Bahkan pengaruhnnya
semakin hari semakin meluas. Justru kemuliaannya tidak beliau tampakkan dari
pencapaian kemewahan duniawi, tapi karena keyakinannya kepada Allah. Sebab
kemuliaan tidak datang dari kesombongan, pamer dan penindasan, tapi dari
ketawadu’an (rendah hati), zuhud (kesederhanaan), waro’ (hati-hati).
Puncak
akhlak Rasulullah saw adalah keyakinannya kepada Allah. Ramadhan ini harus
ditutup dengan memiliki hati yang semakin yakin ke pada Allah. Sukses Ramadhan
adalah semakin bertambah keyakinan kepada Allah. Semua ibadah harus menambah
keyakinan dan amal sholehnya berbekas pada hati yang hanya berharap kepada
Allah.
Keyakinan
merupakan kekuatan iman dan keistiqamahan yang dimiliki seseorang sehingga
dengannya ia seakan-akan melihat sesuatu yang diyakininya itu seperti
melihatnya secara langsung.
Para
sahabat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dalam
perang Ahzab memberikan keteladanan bagaimana keyakinan itu mereka
miliki:
“Dan tatkala orang-orang mu’min
melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: “Inilah yang
dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.
Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan
ketundukan.’”
(QS. Al-Ahzab: 22).
Adapun
ciri-ciri keyakinan yang kuat di antaranya juga:
- Tidak mengeluh dalam situasi apapun.
- Tidak berniat untuk membalas dendam terhadap perbuatan zolim orang lain kepada dirinya, justru memaafkan.
- Menebar kasih sayang kepada seluruh makhluk, walau dalam situasi sulit, karena yakin semua dimilki Allah, yang penuh kasih sayang.
Buah
Ramadhan akan dinikmati berupa rasa ketenangan dalam keyakinan kepada Allah
meskipun berbagai badai peristiwa bergolak di sekitarnya. Keyakinan kepada
Allah akan menjaganya dari kecemasan dan ketegangan, dan menciptakan suasana
kejiwaan yang penuh dengan ketenangan dan harapan, walaupun ia hidup dalam
lingkungan yang tidak tenang dan berbahaya sekalipun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar