Tuduhan
Kalau
Muhammad Diridhoi Alloh, tentu ada Malaikat-malaikat Penjaga di depan dan di
belakang untuk Melindunginya
QS
72:27. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan
penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. Dan terbukti, Muhammad
bukan “rasul” yang DIRIDHOI ALLOH:
Sirah
Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 Halaman 42-43 Ibnu Ishaq berkata, “Pertahanan
kaum Muslimin pun jebol dan mereka diserang musuh-musuh mereka. Itu hari ujian
dan hari pembersihan dimana Allah memuliakan kaum Muslimin dengan memberi kesempatan
mati syahid kepada mereka. Karena pertahanan kaum Muslimin terbuka, musuh
berhasil masuk ke tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian
melempar beliau dengan batu hingga beliau terjatuh dalam keadaan miring, batu
tersebut mengenai gigi, antara gigi depan dengan gigi taring, melukai wajah dan
bibir beliau. Orang yang melempar beliau dengan batu ialah Utbah bin Abu
Waqqash.” Ibnu Ishaq berkata, Humaid Ath-Thawil berkata kepadaku dari Anas bin
Malik yang berkata, “Di Perang Uhud, gigi antara gigi depan dengan gigi taring
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pecah dan wajah beliau terluka. Darah
pun keluar di wajah beliau
Ibnu Hisyam berkata, Rubaih bin Abdurrahman bin Abu Sa’id Al-Khudri berkata dari ayahnya dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa di Perang Uhud, Utbah bin Abu Waqqash melempar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hingga memecahkan gigi antara gigi depan dengan gigi taring sebelah kanan bagian bawah dan melukai bibir bawah beliau. Abdullah bin Syihab Az-Zuhri melukai kening Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ibnu Qami’ah melukai bagian atas pipi yang menonjol hingga dua rantai besi perisai masuk ke dalam bagian atas pipi beliau. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terperosok ke salah satu lubang yang dibuat Abu Amir agar kaum Muslimin terperosok ke dalamnya tanpa sepengetahuan mereka. Kemudian Ali bin Abu Thalib memegang tangan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Thalhah bin Ubaidillah mengangkat beliau hingga beliau berdiri tegak. Malik bin Sinan yang tidak lain adalah Abu Sa’id Al-Khudri mengusap darah dari wajah beliau dan menelannya.
Ibnu Hisyam berkata, Rubaih bin Abdurrahman bin Abu Sa’id Al-Khudri berkata dari ayahnya dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa di Perang Uhud, Utbah bin Abu Waqqash melempar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hingga memecahkan gigi antara gigi depan dengan gigi taring sebelah kanan bagian bawah dan melukai bibir bawah beliau. Abdullah bin Syihab Az-Zuhri melukai kening Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ibnu Qami’ah melukai bagian atas pipi yang menonjol hingga dua rantai besi perisai masuk ke dalam bagian atas pipi beliau. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terperosok ke salah satu lubang yang dibuat Abu Amir agar kaum Muslimin terperosok ke dalamnya tanpa sepengetahuan mereka. Kemudian Ali bin Abu Thalib memegang tangan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Thalhah bin Ubaidillah mengangkat beliau hingga beliau berdiri tegak. Malik bin Sinan yang tidak lain adalah Abu Sa’id Al-Khudri mengusap darah dari wajah beliau dan menelannya.
JAWABAN:
Qur’an Surah (QS) Al Jinn
(72):26-27: (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul
yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat)
di muka dan di belakangnya.
Tafsir
ayat ini adalah, bahwa tidak ada sesuatu pun yang ghaib dan telah diperlihatkan
kepada manusia kecuali mereka yang dikehendaki Allah, yakni rasul-Nya, Muhammad
SAW.
Dan
Penjagaan yang dimaksud pada ayat ini adalah bahwa Allah memberikan
keistimewaan kepada beliau melalui para malaikat-Nya untuk selalu memantau dan
menjaganya sesuai dengan perintah Allah, dan para malaikat yang akan menuntunnya
agar dia dapat melaksanakan serta menyampaikan wahyu Allah sehingga terlindung
dari segala salah dan dosa dalam menyampaikan ajarannya serta semakin teguh
dalam dalam menyampaikan risalah atau firman-Nya.
Jadi,
inti penjagaan yang dimaksud di sini, penjagaan dalam menyampaikan wahyu atau
firman Allah kepada umat beliau. Hal ini juga disinggung dalam surah Al-Maidah:
QS. 5:67. Allah memelihara kamu
dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir.
Yakni,
tak seorang pun yang dapat membunuh beliau (nabi Muhammad).
Adapun
mengapa sampai nabi mengalami luka di perang Uhud seperti pada kutipan sirah di
atas, bukan berarti Allah tidak menjaga beliau dari apa yang dia alami
tersebut, tapi justru pada peristiwa tersebut Allah membuktikan bahwa Dia masih
menjaga rasul-Nya yakni tidak terbunuh dalam perang tersebut. Bahkan anggapan
orang-orang kafir saat itu mengira telah berhasil membunuh Muhammad, padahal
kenyataannya tidak.
Adapun
hikmah yang ingin Allah sampaikan kepada beliau dan umatnya pada peristiwa
perang Uhud tersebut di antaranya adalah:
1. Muhammad
juga seorang manusia biasa, sama seperti kaum muslimin lainnya yang berperang
dan mendapatkan luka, merasakan sakit dan beratnya
cobaan yang menimpa beliau. Seperti yang di firmankan-Nya:
QS.
21:35. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya).
Sabda
beliau:
“Manusia yang paling berat cobaannya, adalah para nabi, lalu
orang-orang shaleh kemudian orang yang paling mulia dan yang paling mulia dari
manusia. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya.” (Source; Hadits Online: Sunan Ahmad: 1400)
2. Tercapainya
derajat mati syahid bagi kaum muslimin.
QS.
3.140. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum
(kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa
(kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka
mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’.
Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.
3. Semakin
jelaslah siapa yang dengan lisannya menyimpan kemunafikan dan menampilkan
keislaman.
QS.
3: 121-122. Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari
(rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk
berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ketika dua golongan
dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi
kedua golongan itu. Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin
bertawakkal.
QS.3
143. Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu
menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya.
4. Allah
hendak menunjukkan kepada umat beliau bahwa beginilah akibat dari
ketidakpatuhan pada apa yang diperintahkan rasul-Nya, yakni agar regu
pemanah pada perang tersebut tidak beranjak dari tempatnya sebelum perang
benar-benar usai hanya karena keinginan mendapatkan kemenangan yang begitu
cepat dan harta rampasan perang hingga mengakibat mereka kalah dalam perang
tersebut.
Atau dengan bahasa lain, strategi
perang yang diperintahkan beliau, kurang dipatuhi dengan benar .
QS.
3.152. Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika
kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih
dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan
kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan
diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan
kamu dari merekauntuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema’afkan
kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang
beriman.
5. Kaum
muslimin merasa bangga dengan kemenangan mereka terdahulu (di perang badar)
yang menjadikan mereka, ujub, sombong, dan lupa kepada Rabbnya. Maka
dengan kekalahan tersebut akan menjadikannya tawadhu (rendah hati), tawakal
(berserah diri), dan meminta pertolongan kepada Allah dan tidak bergantung dan
mengandalkan kekuatan sendiri.
QS.
3.165. Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud),
padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu
(pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?”
Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
QS.
3.172. (Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya
sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang
berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.
6. Kisah
keteladanan dan kesabaran seorang wanita menerima musibah kematian saudara,
bapak, kerabat, bahkan suami mereka yang terbunuh mati syahid di Perang Uhud.
Dikisahkan,
saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabat melewati
sekelompok wanita dari bani Najjar. Di antara wanita tersebut ada yang bapaknya
terbunuh, saudaranya dan suaminya. Tatkala salah seorang wanita mendengar
berita kematian saudara, bapak, suami yang dicintainya dia malah menanyakan
tentang keadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya mengatakan, “Bagaimana
dengan kabar Rasulullah.” Maka mereka menjawab, “Rasulullah dalam
keadaan baik.” Maka tatkala wanita tersebut melihat Rasulullah dia
mengatakan, “Semua musibah yang menimpa adalah ringan selain musibah yang
menimpamu wahai Rasulullah.”
Tatkala
Shafiah binti Abdul Muthalib radhiallahu ‘anha datang untuk melihat jenazah
saudaranya (Hamzah radhiallahu ‘anhu) maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan kepada putranya (Zubair radhiallahu ‘anhu) agar ibunya jangan
melihat jenazah Hamzah karena beliau khawatir Shafiah tidak sabar jika melihat
jenazahnya yang telah disayat-sayat oleh musuh. Maka Shafiah berkata: “Kenapa
tidak boleh? sedangkan aku telah mendengar beritanya dan aku ridha dengan
musibah ini. Mereka meninggal di jalan Allah. Saya akan bersabdar dan mengharap
pahala dari Allah dengan musibah ini.
Hamnah
binti Jahsy radhiallahu ‘anha mendapat berita kematian saudaranya dan pamannya
(Mus’ab bin Umair radhiallahu ‘anhu) dan beliau radhiallahu ‘anha bersabar.
Itulah
hikmah-hikmah yang terkandung dalam peristiwa perang Uhud tersebut. Ibarat
sebuah pepatah mengatakan “Belajarlah dari kesalahan untuk mencapai hasil yang
memuaskan”.
Jadi,
tuduhan diatas adalah tuduhan yang hanya mengedepankan kebencian semata dengan
memakai ‘metoda’ bahasa pengkorelasian agar tudingan penuduh bisa pas (sesuai)
dengan dalil-dalil yang ingin mereka tampilkan.
Pada
kesimpulannya,
Allah selalu menjaga para rasul-rasul pilihan-Nya dari upaya pembunuhan oleh
kaumnya dikarenakan mereka adalah manusia-manusia pilihan yang harus
menyampaikan kebenaran kepada umat manusia dan membawanya ke jalan yang lurus
dan diridhai Allah SWT. Tapi anehnya, orang Kristen lebih senang kalau
Yesus itu mati dalam penyalibannya. Itu artinya Kristen secara tidak sadar me-labeli
Yesus bukan rasul atau manusia pilihan Tuhan karena ia dibiarkan tewas tanpa
pertolongan Tuhannya.
Kristen
berdalih, bahwa misi Yesus memang seperti itu. Ia datang untuk mati
menebus dosa manusia. Sungguh statement yang diluar akal sehat dan logika kita!
Sebab, jika memang tujuannya hanya untuk itu tentunya ada beberapa poin yang
perlu dipertanyakan:
1. Jika
Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib, mengapa Yesus harus berdoa minta
dirinya diselamatkan dari maut (Luk 22:41-43)? Ataukah ia sedang bersandiwara
dalam doanya? Atau apakah doa Yesus ini didengar atau tidak? Kalau
didengar, kepercayaan bahwa dia mati di atas salib berarti BATAL. Sebaliknya,
kalau tidak didengar berarti diragukan apakah dia orang benar atau tidak,
karena dalam Kitab Amsal dikatakan:
“TUHAN itu jauh daripada orang fasik, tetapi doa orang benar
didengarnya” (Amsal 15:29).
Yang benar ialah, Allah Ta’ala telah
mendengar ratap tangisnya, sesuai dengan kebiasaan dan sunah-Nya. Almasih pasti
diselamatkan dari kematian di atas tiang salib yang terkutuk itu.
2. Jika
Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib, mengapa Yesus harus bersedih dan meminta
murid-muridnya untuk berjaga-jaga (Mat 26:38/ Mark 14:34)? Bukankah seharusnya
ia tidak bersikap seperti itu karena sudah tahu bahwa dirinya akan disalib,
bukannya ia seharusnya gembira karena sebentar lagi misi kematiannya untuk
penebusan dosa segera terlaksana?
3. Jika
Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib, mengapa Yesus justru memilih sembunyi
atau menjauh atau melarikan diri dari orang-orang Yahudi yang berusaha
membunuhnya (Yoh 11:53-54, Yoh 7:1, Yoh 8:59)? Bukankah tidak semestinya ia
bersikap seperti itu karena sudah tahu bahwa dirinya memang datang untuk mati
menebus dosa manusia?
4. Jika
Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib, mengapa Yesus harus ditangkap bagai
seorang penyamun bahkan diadili di hadapan Mahkamah Agama (Mat 26:36-68)?
Bukankah misi Yesus adalah untuk menyerahkan dirinya dalam maut, yang tentunya
ia tak harus ditangkap seperti itu? Ataukah itu hanya sekedar sandiwara
belaka? Dan pada kesempatan lain, Yesus pun juga mengisyaratkan bahwa ia
takkan bisa ditangkap dan ditemukan keberadaannya. (Yoh 7:30-36)
5. Jika
Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib, mengapa Yesus harus berteriak-teriak
saat dirinya disalib yang seakan-akan dia bertanya tentang Tuhan yang
membiarkan dan tidak menolongnya(Mat 27:46 /Mark15:34)?
Dan
bukankah sikap tersebut menunjukkan ketidakrelaannya menerima keputusan
penyaliban tersebut? Atau dengan kata lain, Yesus tidak merasa siap untuk di
salib? Bukankah sudah seharusnya dia menampakkan sikap yang tenang dan berdoa
serta bahagia dalam peristiwa penyaliban dirinya tersebut?
Ibaratnya,
seorang terpidana yang divonis mati, dan sebentar lagi regu penembak akan
mengeksekusi dirinya, tentunya sikap yang ada saat itu, adalah terpidana sudah
ikhlas menerimanya, kemudian ia berdoa untuk terakhir kalinya dan menjemput
kematiannya dengan tenang, bukannya berteriak.
Logika-logika
di atas sebenarnya sangat tak bisa kita sangkal bahwa Yesus (Isa Al Masih) itu
tidak disalib atau dibunuh! Karena Tuhan pasti melindungi dia sebagaimana Tuhan
melindungi nabi-nabi pilihanNya yang diutus untuk kaumnya masing-masing.
“Dan Sesungguhnya Kami telah
mengutus sebelum kamu beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang
kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami
melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan Kami selalu
berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. (Ar-Ruum: 47)
Sungguh aneh umat Kristen yang
menganggap Yesus itu sebagai anak Allah… Lalu mereka menyerahkannya kepada kaum
Yahudi dengan mengatakan: Ia telah mati karena mereka telah menyalibnya Apabila
benar yang Kristen katakan, Tanyakanlah dimana Bapa-nya saat itu… Jika Bapa-nya
senang dengan perbuatan kaum Yahudi Maka berterima kasihlah kepada kaum Yahudi
karena mereka telah membuat-Nya senang Dan
jika Bapa-nya kesal dan tidak senang Maka sembahlah kaum Yahudi karena mereka
telah mengalahkan-Nya.
Renungilah
wahai orang-orang yang berakal, menyembahlah kalian hanya kepada Tuhan yang
sebenar-benarnya. Tidak seharusnya anda mempersekutukan-Nya dengan seseorang
yang tercipta hanya dari tanah:
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa
di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari
tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka
jadilah dia.”
(Ali-Imraan: 59)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar