Minggu, 20 September 2015

Hati Cermin Jiwa

HATI ADALAH CERMINAN JIWA 


           Hati adalah cerminan jiwa karena hati merupakan letak nurani manusia. Baik buruknya sifat manusia ditentukan oleh hatinya. Sebagaimana dituturkan dalam prosa puisi oleh Rumi bahwasanya semakin dalam kita menilik isi hati kita maka cerminan sikap dan perilaku kita akan semakin terlihat dengan jelas. Untuk menentukan sesuatu itu salah atau benar, proses penilaian akan dimulai dari hati kemudian dipadukan dengan akal pikiran. Sayangnya tak jarang antara hati dan pikiran tidak bisa berjalan secara beriringan.
           Hati nurani terkadang sering bertolak belakang dengan logika. Hal ini sering terjadi tidak hanya ketika kita dihadapkan pada masalah kehidupan saja. Salah satu contohnya yakni tatkala kita berada dalam dilema cinta kasih seringkali pula antara hati dan pikiran tidak bisa berjalan selaras dalam menentukan tindakan dan keputusan.
           Kita tahu secara logika bahwasanya orang yang kita cintai itu banyak melakukan kesalahan dan bukan orang yang tepat bagi diri kita namun hati nurani mengatakan lain karena cinta telah membuat kita terlena dan menjadi lebih toleran terhadap kekurangan orang yang kita sayangi tersebut.
            Apapun kondisinya akan lebih bijaksana apabila hati nurani dan akal pikiran bisa berjalan secara berimbang serta selaras. Terlalu menggunakan hati dan perasaan tidaklah baik karena akan membuat kita terlalu sensitif demikian juga apabila kita terlalu menggunakan logika hal tersebut akan membuat kita menjadi insan yang kurang simpati dan empati dalam melihat suatu permasalahan.            Ketajaman mata hati bisa ditingkatkan dan dikembangkan melalui introspeksi diri, perenungan dan juga meditasi secara berkesinambungan. Sebagaimana cermin di mana debu akan mudah menempel dan mengotori permukaannya apabila jarang dibersihkan, demikian pula mata hati akan mudah kotor jika tidak kita rawat dan jaga dengan cara melakukan perenungan dan introspeksi.
           Perenungan dan introspeksi diri akan memampukan kita melihat ke dalam inti jiwa. Itulah yang disebut hidup semakin mendalam di hati kita.
Pernahkah anda berdialog dengan hati anda ?
Menanyakan apa maunya ?
Kemana muaranya ? dan
Bagaimana niatnya?
           Dikala malam mulai menyambangi langit, dalam kamar redup aku suka berbicara dengan hatiku, tentang apa saja yang sudah kulakukan hari ini & bagaimana niat ku dalam melakukan kegiatan tersebut. Terkadang disertai menangis bahkan tersenyum simpul.
           Berbicara dengan hati,Ya terapi mujarab untuk melihat sejauh mana kita mengenal hati kita sendiri. Ada saja hal-hal yang terlewat kulakukan dengan keikhlasan, aku tetap manusia biasa yang masih mengalami proses belajar menuju kebersihan hati sesungguhnya. Hingga ku menemukan sebuah buku usang pemberian ibuku, penuh debu dan lusuh namun masih terlihat menarik untuk dibaca dengan sampul merah jambunya.
           Hadits Shahih Rasulullah SAW Yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabî SAW bersabda:
"Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu ialah hati." (Muttafaqun `Alaihi, dari Nu`man bin Basyîr).
Aku tertegun,begitu kuatkah hati??
           Padahal ia hanya segumpal darah namun dapat menentukan bagaimana tubuh itu kan menapaki hidup. Aku kembali meneruskan pengembaraan otakku menemukan arti "Hati".
           Baris kedua ada Firman Maha Pemberi Hidup Allah SWT Surat Asy-Syams, ayat 8 - 10 :
"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, (QS. 91:8)
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (QS. 91:9) dan
Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. 91:10)."
           Subhanallah, Begitu kuatkah Hati, sehingga Allah SWT Menempatkannya sebagai pengatur Raga, raga yang kuat ditopang tulang dan daging.
           Dalam hati manusia terdapat dua jenis "benih penentu", saling bertolak belakang dan terkadang bertengkar untuk memperebutkan posisi yang satu kita sebut saja sebagai "benih kebaikan" yang merangsang dan mendorong manusia untuk selalu melakukan amal kebajikan dan senantiasa ingin selalu berdekatan dan menyenangkan hati Tuannya Allah SWT. Sedangkan benih yang satunya adalah benih kejahatan yang memaksa pemiliknya tuk berbuat perbuatan fahsya (keji) & kemudharatan kepada Allah Azza Wa Jahla.
            Dari sini kita dapat mengetahui bahwa pada hati manusia terdapat 2 (dua) kekuatan yaitu kekuatan "Fujur" dan "Taqwa" dua kekuatan yang selalu berperang berusaha menjadi pemenang agar dapat mempengaruhi prilaku kehidupan pemiliknya.
           Jika kekuatan Taqwa (Benih Kebaikan) yang menang, maka akan timbul sosok yang selalu mengerjakan amal shalih secara ikhlas, benar dan kontinyu dengan sendirinya benih kebaikan akan berkembang dan menguasai hati pemiliknya.
           Pemilik hati dengan kekuatan Taqwa akan menjelma menjadi pribadi yang menyenangkan untuk orang-orang disekelilingnya & tentunya sangat melayani & membahagiakan Allah SWT.
           Ide, pola pikir, kepribadian & seluruh anggota tubuhnya akan senantiasa mengikuti arah datangnya kebajikan, ia menjadi orang yang beruntung mampu menjaga kebersihan dan kesucian hatinya dari nafsu syahwat syaithaniyah, Sebagaimana Firman Allah SWT:
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (QS. 91:9)
           Dan sebaliknya bagi manusia yang lebih sering merespon tuntutan nafsu syahwat syaithaniyahnya maka tindakan tercela lagi berdosa itu dengan otomatis memberikan ruang dan mempercepat pertumbuhan serta peluasan "benih-benih kejahatan (fujur)" sehingga benih ini akan mendominasi hatinya.
           Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya orang mukmin, ketika ia berbuat dosa maka (saat itu juga) akan menempel titik hitam di hatinya, jika ia bertaubat dan mencabut (dirinya dari perbuatan dosa tersebut) dan memohon ampunan maka hatinya (kembali) bersih, jika ia menambahinya (dengan perbuatan dosa lagi) maka titik hitam itu bertambah pula di dalam hatinya" 
            Orang yang hatinya diliputi benih kejahatan akan memiliki ide, pola pikir, prilaku serta kepribadian yang selalu mengikuti nafsu syahwat syaithaniyah (Naudzubillah Suma Naudzubillah Min Dzalik).
           Hatinya akan dipenuhi kekelaman, mata hatinya buta untuk melihat kebenaran yang bersumber pada-NYA. Maka mereka termasuk orang yang merugi sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. 91:10)."
           Aku mulai tersadar betapa berharganya waktu untuk benahi, hiasi hati dan percantik hati. Karena sesungguhnya sesuatu yang paling berharga, paling bernilai dan paling mulia pada diri manusia adalah hatinya. Sedang anggota tubuh hanya sekedar mengikuti dan menjadi pelayan hati, sebagaimana seorang tuan yang memerintahkan hamba sahayanya sebagai pelayannya.
           Hatimu Adalah Cerminan Dirimu, Berkacalah dengan hatimu maka kau kan temukan siapa sesungguhnya dirimu. Waallahualam Bisawab. (Mohon ampun & maaf kupanjatkan Pada Allah SWT Dan Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, Atas kesalahanku dalam menulis & berucap, Kesempurnaan hanya milik-MU, Zat Mulia Dan Tertinggi Allah SWT) Beberapa waktu yang lalu, di Mesir hidup seorangsufi tersohor bernama Zun-Nun. Seorang pemuda mendatanginya dan bertanya, "Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana.
           Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan namun juga untuk banyak tujuan lain." Sang sufi hanya tersenyum; ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata,"Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?" Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu." "Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil." Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak." Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian." Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar." Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih,"Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobatmuda.
           Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging dipasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas". Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa.
           Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses wahai sobat mudaku. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas. Suatu hari, Plato bertanya pada gurunya,
“Apa itu cinta?
 Bagaimana saya menemukannya?
 Gurunya menjawab,
“Ada ladang gandum yang luas didepan sana.
Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta” .
           Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya,
“Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?”
Plato menjawab,
“Aku hanya boleh membawa satu saja,dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)”.
           Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya”
Gurunya kemudian menjawab
” Jadi ya itulah cinta”
Di hari yang lain,
Plato bertanya lagi pada gurunya,
”Apa itu perkawinan?
Bagaiman a saya bisa menemukannya?”
Gurunya pun menjawab
“Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan”
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya bertanya,
“Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?
Plato pun menjawab,
“sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya”
 Gurunya pun kemudian menjawab,
“Dan ya itulah perkawinan”
Cinta, semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, kita dapatkan ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan, tidak ada sesuatupun yang didapatkan.
           Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Ketika kita menemukan cinta, terimalah cinta apa adanya.bukan yang sempurna tapi yang bisa menyejukan jiwa. Jadikan hati sebagai ukuran!
           Pernikahan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kita mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kita dapatkan, maka sia-sialah waktumu dalam mendapatkan pernikahan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu tidak bisa kita miliki. Hidup adalah pilihan, terlalu banyak pilihan yang harus dipilih, setiap orang punya ukuran sendiri dalam memilih. Yang terbaik adalah bersyukur! Semoga petunjuk- Nya selalu bersama kita.
Bagaimanakah belajar ikhlas?
Memang sangat sulit mempunyai hati yang seluas samudera dalam memaafkan saat kita dikecewakan atau tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Belajar dari setiap orang-orang yang setiap hari lalu lalang di depan mata, serta belajar saat diri ini berkaca. Sangat sulit mencari apa itu ikhlas. Selalu saja keinginan mengalahkan kesadaran. Padahal kalau kita semua sadar bahwa kita tidak memiliki apapun di dunia ini, kita tidak ada hak untuk semua yang kita ‘miliki’.
Lalu bagaimana ikhlas dalam mencintai?
Jika syarat utama dari cinta adalah keihlasan siapakah yang sanggup untuk menjadi pecinta sejati?
ternyata untuk mengenal cinta sejati Nya sangat sulit dipelajari hanya dengan mencintai kepada seorang manusia.
           Kecewa, sakit hati , merasa bersalah menjadi anak-anak tangga menuju arti cinta yang sebenarnya. Bagaimana kita bisa melewati tahapan-tahapan itu?
           Dapatkah kita mempunyai setitik saja sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim Nya?
           Memilih yang lebih baik antara mencintai atau dicintai tidaklah penting. Karena kita tidak mungkin hanya akan berada pada satu kondisi "mencintai" atau "dicintai" saja. Hidup kita akan diisi oleh keduanya secara bergantian dan terus-menerus. Mungkin suatu saat kita berada pada posisi mencintai, tapi disaat yang sama atau disaat lain pasti kita berada pada posisi dicintai. Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa belajar saat kita mengalami salah satu atau keduanya. Dan yang lebih-lebih penting-penting lagi, pasti akan ada saatnya dimana mencintai dan dicintai bakal ketemu…inysa Allah.
           Semoga bahagia selalu bersama kita dimana mencintai dan dicintai sudah bertemu… :) Amin.
           Ya Allah Terangilah jiwa di hitam jalan ku Jalan dalam menuju cinta-MU Ya Rabbi Panggilah hatiku lagi Berikan kesempatan waktu kembali pada jalanmu saat hati ini mencintai berlebih kepada selain-Mu Kembalikan cinta yang telah dibawa pergi… Ikhlas.. Kapankah menyatu bersama ibadah… berdetak bersama alunan shalawat berselimut dalam tidurku…
           Ya Allah. Kiranya hanya hidayah Mu hingga ikhlas merekat bersama niat Amin Ya Rabbal ‘alamin…
iwan kurniawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LPJ BOS SMK Tahun Anggaran 2020

LPJ BOS SMK Tahun Anggaran 2020 User via SMS :  0857 5954 7892 FB :  https://web.facebook.com/iwan.kurniawanb Twitte...