Minggu, 27 September 2015

RENUNGAN





Seorang pemuda duduk di hadapan laptopnya. Login facebook. Pertama kali yang dicek adalah inbox.
Hari ini dia melihat sesuatu yang tidak pernah dia pedulikan selama ini. Ada 2 dua pesan yang selama ini ia abaikan.
Pesan pertama, spam. Pesan kedua…..dia membukanya. Ternyata ada sebuah pesan beberapa bulan yang lalu. Diapun mulai membaca isinya:
“Assalamu’alaikum. Ini kali pertama Bapak mencoba menggunakan facebook. Bapak mencoba menambah kamu sebagai teman sekalipun Bapak tidak terlalu paham dengan itu. Lalu bapak mencoba mengirim pesan ini kepadamu. Maaf, Bapak tidak pandai mengetik. Ini pun kawan Bapak yang mengajarkan.
Bapak hanya sekedar ingin mengenang. Bacalah !
Saat kamu kecil dulu, Bapak masih ingat pertama kali kamu bisa ngomong. Kamu asyik memanggil : Bapak….., Bapak……, Bapak….. Bapak….. , Mamah…….., Mamah …….., Mamah …….., Mamah …….., Mamah …….., Bahagia sekali rasanya anak lelaki Bapak sudah bisa memanggil-manggil Bapak, sudah bisa memanggil-manggil Mamahnya”.
Bapak sangat senang bisa berbicara dengan kamu walaupun kamu mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang Bapak ucapkan ketika umurmu 4 atau 5 tahun. Tapi, percayalah. Bapak dan Mamah mu bicara dengan kamu sangat banyak sekali. Kamulah penghibur kami setiap saat. walaupun hanya dengan mendengar gelak tawamu.
Saat kamu masuk SD, bapak masih ingat kamu selalu bercerita dengan Mamah ketika kumpul dirumah bersama kakak dan adikmu tentang apapun yang kamu lihat di kiri kananmu dalam kehidupan diluar sana.
Bapak mana atau Mamah mana yang tidak gembira melihat anaknya telah mengetahui banyak hal di luar rumahnya.
Bapak jadi makin bersemangat bekerja keras mencari uang untuk membiayai kamu dan saudaramu yang lain kesekolah. Sebab kamu lucu sekali. Menyenangkan. Bapak sangat mengiginkan kamu menjadi anak yang pandai dan taat beribadah.
Masih ingat jugakah kamu, saat pertama kali kamu punya sepedah? Diam-diam waktu itu Bapak menabung karena kasihan melihatmu belum punya sepedah sementara kawan- kawan mu sudah memakai sepedah.
Ketika kamu masuk SMP kamu sudah mulai punya banyak kawan-kawan baru. Ketika pulang dari sekolah kamu langsung masuk kamar. Mungkin kamu lelah setelah mengayuh sepeda, begitu pikir Bapak. Kamu keluar kamar hanya pada waktu mau sholat dan makan saja setelah itu masuk lagi, dan keluarnya lagi ketika akan pergi bersama kawan-kawanmu.
Kamu sudah mulai jarang bercerita dengan Bapak. Tahu-tahu kamu sudah mulai melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi. Kamu mencari kami saat perlu-perlu saja serta membiarkan kami saat kamu tidak perlu.
Ketika mulai lulus sekolah kamu tinggal bersama orang lain tidak tinggal bersama lagi. Kamu hidup diluar sana sikap kamu sama saja dengan sebelumnya.  Jarang menghubungi kami kecuali disaat mendapatkan kesulitan. Sewaktu pulang kerumah kamu sibuk dengan aktifitas kamu sendiri, dengan rutinitas kamu, dengan kemauan kamu, dengan dunia kamu.
Bapak bertanya-tanya sendiri dalam hati. Adakah kawan- kawan mu itu lebih penting dari Bapak dan Mamah mu? Adakah Bapak dan Mamah mu ini cuma diperlukan saat nanti kamu mau nikah saja sebagai pemberi restu? Adakah kami ibarat tabungan kamu saja?
Kamu semakin jarang berbicara dengan Bapak lagi. Kalau pun bicara, dengan jari-jemari saja lewat sms. Berjumpa tapi tak berkata-kata. Berbicara tapi seperti tak bersuara. Bertegur cuma waktu hari raya. Tanya sepatah kata, dijawab sepatah kata. Ditegur, kamu buang muka. Dimarahi, malah menjadi-jadi.
Malam ini, Bapak dan mamahmu sebenarnya rindu sekali pada kamu.
Bukan mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu. Cuma Bapak sudah merasa terlalu tua. Usia Bapak sudah diatas 60 an. Kekuatan Bapak tidak sekuat dulu lagi. Bapak tidak minta banyak…
Kadang-kadang, Bapak cuma mau kamu berada disisi bapak dan mamah menemani masa tua bapak dan mamah tapi itu semua tak mungkin karena kamu sudah berkeluarga. Berbicara tentang hidup kamu. Meluapkan apa saja yang terpendam dalam hati kamu. Menangis pada Bapak. Mengadu pada Bapak. Bercerita pada Bapak seperti saat kamu kecil dulu. Andaipun kamu sudah tidak punya waktu sama sekali berbicara dengan Bapak dan mamahmu, jangan sampai kamu tidak punya waktu berbicara dengan Alloh SWT itu lebih penting.
Jangan letakkan cintamu pada seseorang didalam hati melebihi cintamu kepada Alloh SWT itu amanat dari Bapak dan Mamahmu. Mungkin kamu mengabaikan Bapak atau Mungkin kamu mengabaikan Bapak, namun jangan kamu sekali-kali mengabaikan Allah SWT karena itu tujuan hidupmu kelak nanti.
Maafkan Bapak dan Mamahmu atas segalanya. Maafkan Bapak atas curhat Bapak ini. Jagalah Dirimu. Jagalah sholatmu. Jagalah hatimu. Jagalah imanmu. Jagalah Islammu. Jagalah keluargamu.
Pemuda itu meneteskan air mata, terisak. Dalam hati terasa perih tidak terkira...................
Bagaimana tidak ?
Sebab tulisan Bapaknya itu dibaca setelah 2 bulan mamahnya pergi untuk selama-lamanya...
(Mengenang Ibuda Tercinta Wafat Pada Hari Rabu, 2 September 2015 “Nuri’ah Bin Supari”)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LPJ BOS SMK Tahun Anggaran 2020

LPJ BOS SMK Tahun Anggaran 2020 User via SMS :  0857 5954 7892 FB :  https://web.facebook.com/iwan.kurniawanb Twitte...